Catatan Kunjungan Humas Pemkab Tanah Paser ke Desa Uko & Swan Selutung
Tanah Paser, BARABERITA.COM Jum’at 06/04/2018 Informasi terkait dua desa di Muara Komam awalnya muncul dari keprihatinan Camat Muara Komam yang disampaikan melalui media cetak dan media sosial dari kunjungan kerja (Kuker) ke desa-desa di wilayah Kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, khususnya kondisi sangat memprihatinkan dua bangunan Sekolah Dasar (SD) di dua desa.
Dari pemberitaan itu, Bagian Pemerintahan Setda Paser melalui Sub Bagian Humas dan Kerja Sama yang salah satunya tupoksinya melakukan analisis berita-berita media sosial maupun media cetak dan lainnya melakukan analisis. Dari analisis kepada Sekda Paser diteruskan ke Perangkat Daerah terkait, dan tak jarang dari analisis ditindak lanjuti dengan peninjauan ke lapangan.
Seperti halnya Kamis (5/4) Kasubag Humas dan Kerja Sama Abdul Kadir didampingi penulis pers rilis Harmin dan analis Hijrahman melakukan peninjauan terkait keluhan Camat Muara Komam Abdul Rasyid menyangkut kondisi sangat memprihatinkan dua sekolah yakni SDN 017 Desa Uko dan SDN 012 Desa Swan Slutung. Saat kunjungan itu Humas didampingi Kepala UPT Satuan Pendidikan Dasar Kecamatan Muara Komam Muhammad.
Bangunan SD 017 yang berlokasi di Desa Uko kondisinya sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1982 dan memiliki 28 orang siswa tersebut, ruang kelasnya sudah dipenuhi banyak lobang, baik pada atap yang berbahan sirap, dinding yang masih menggunakan bahan papan maupun lantai. Untuk menampung siswa, ruang kelas yang terdiri 3 lokal dan satu diantaranya di fungsikan sebagai ruang guru, terpaksa sejumlah ruang kelas disekat dengan papan seadanya.
Yang patut diapresasi, dari kondisi itu semua tak ada raut sedih atau pun cemas, yang tampak hanya semangat belajar yang berbalut riang gembira anak-anak desa Uko yang penduduknya mayoritas sebagai pendulang emas dan petani.
Untuk mencapai sekolah SDN 017 yang sejak dibangun tahun 19 82 hingga saat ini tidak pernah disentuh perbaikan, memang sangat mudah karena kondisi jalan yang cukup baik, dan jarang dari ibu kota Kecamatan Muara Komam hanya sekitar dua kilometer. Namun jika dibanding sekolah-sekolah di sekitar ibu kota kecamatan Muara Komam, SDN 017 sangat jauh tertinggal. Harapan masyarakat dan guru agar bangunan SDN 017 mendapat alokasi pembangunan gedung baru sudah sangat lama di impikan. Dan tidak hanya melalui Dinas Pendidikan, namun juga setiap tahun diusulkan melalui Musrenbang tingkat Kecamatan.
“Alhamdulillah usulan pembangunan SDN 017 ini masuk skala prioritas di Musrenbang tahun ini, dan kabarnya dialokasikan anggaran sekitar Rp650 juta. Namun dari pihak desa baru-baru ini ada kabar tidak sedap, katanya alokasi pembangunan SDN 017 desa Uko ditunda tahun 2019,” kata Kepala UPT Satuan Dasar Muara Komam Muhammad yang diamini jajaran guru.
Dikonfirmasi terpisah ke Bappeda melalui Kasubbag Pendidikan, Rustan mengatakan bahwa anggaran sebesar 650 juta memang ada di DPA dan saat ini sudah dalam proses lelang oleh Dinas Pendidikan.
Hampir satu jam berada di SDN 017, rombongan Humas bersama Kepala UPT Satuan Dasar Muara Komam Muhammad melanjutkan kunjungan ke SDN 012 Desa Swan Selutung. Perjalanan untuk sampai ke lokasi sekolah ini terhitung cukup sulit dan harus melewati beberapa perkampungan. Bangunan sekolah itu berada di atas daerah perbukitan yang memiliki jalan menanjak dan sempit. Kondisi akses jalannya hanya dapat dilalui oleh satu buah kendaraan roda empat dengan sejumlah titik mengalami kerusakan.
Untuk menempuh desa Swan Selutung dari ibu kota Kecamatan Muara Komam diperlukan waktu 3 jam jika tidak hujan, namun jika hujan, diperlukan waktu 4-5 jam. Sekilas, bangunan sekolah SD tersebut tidak tampak janggal. Sebab cat bagian depannya memang masih baik kondisinya. Namun saat masuk ke dalam ruang kelas, tampak beberapa bagiannya sudah rusak. Plafon yang sudah bolong hingga atap yang bocor.
Salah satu guru SDN 012 Joko Nurminto SPd mengaku, kerusakan bangunan sekolahnya tersebut sudah terjadi selama bertahun-tahun. Namun sampai saat ini masih belum ada perbaikan. Dari empat ruang kelas yang ada, semuanya bocor, dan jika hujan, siswa pun harus mengungsi ke gedung yang kondisinya baik.
“Gedung ini dibanguan tahun 1992 dan 1993 di gunakan dengan jumlah siswa saat ini sebanyak 62 orang. Dari 11 guru yang ada, kita juga secara bergilir mengajar di SD kunjungan di Desa Mulai Kecamatan Long Ikis dengan waktu tempuh 1 jam lebih jika hari panas, tapi jika hujan lebih dari dua jam,” katanya dididampingi sejumlah guru.
Joko Nurminto menuturkan, karena terbatasnya ruang kelas yang ada dari 62 siswa, tak jarang siswa harus di pindahkan bahkan diliburkan jika saat belajar sedang turun hujan karena hampir 60 persen atap dari bahan sirap itu sudah bocor.
“Kalau dari depan kelihatan bagus karena dindingnya dari beton. Namun jika hujan kelas ini bisa banjir. Dari kondisi bangunan ini, fasilitas meja dan kursi juga hampir semuanya rusak,” kata pria asal Jawa yang sudah 20 tahun mengabdi di SDN 12 ini.
Sementara itu, Kepala UPT Satuan Dasar Muara Komam Muhammad mengatakan, kondisi rusaknya bangunan dua sekolah itu sudah terjadi sejak lama.
Menurut dia, kerusakan di sekolah tersebut memang sudah sangat parah bahkan terkesan menyedihkan. Sebab bangunan yang rusak bukan hanya satu kelas namun hampir semuanya memprihatinkan. “Saya kasian sama mereka (siswa-siswi),” katanya.
Kehadiran Bagian Humas yang meninjau langsung sarana pendidikan di SDN 012 dan SDN 017 diakui Muhammad menjadi secercah harapan bagi tenaga pengajar dan para peserta didik untuk memperoleh perbaikan terhadap dua bangunan sekolah yang mengalami kerusakan parah sejak lama itu.
“Alhamdulillah, ada rasa gembira sekaligus bangga dari rekan-rekan Humas ini. Mudah – mudahan ada perhatian dari pak Bupati dan Dinas Pendidikan untuk melakukan perbaikan atas kerusakan yang dialami sekolah ini,” tandasnya dengan nada harapan. (humas)
Editor : Evan R.S. Lintang